Oleh : Muhammad Ihsan Habibulloh, S.Pd.

Sopan santun dalam bahasa Jawa dikenal sebagai unggah-ungguh. Dalam bahasa Jawa unggah-ungguh dapat diwujudkan dari cara seseorang bersikap dan berbicara. Cara bersikap seorang yang memiliki unggah-ungguh antara lain:
1. Mendahulukan orang lain
Orang Jawa dikenal dengan kebiasaannya yang tidak enakan. Biasanya ketika orang Jawa melewati sebuah pintu secara bersamaan dengan orang lain, ia akan mempersilakan orang lain untuk lebih dahulu masuk ke dalam daripada dirinya sendiri.
2. Menunduk
Selain tidak enakan orang Jawa juga memiliki rasa hormat kepada orang lain. Rasa hormat ini dalam unggah-ungguh Jawa dilakukan dengan cara menunduk ketika melewati orang lain yang berada disampingnya.
3. Saling menyapa
Ketika orang Jawa melewati orang lain, biasanya mereka saling menyapa bisa dengan memanggil namanya, ataupun berhenti sebentar untuk berbincang terlebih dahulu.

Selain cara bersikap ada juga cara berbicara. Orang Jawa memiliki tingkat tutur dalam berbicara dengan orang lain. Tingkat tutur ini antara lain:
1. Basa Ngoko Lugu
Basa ngoko lugu biasanya dikenal dengan bahasa kasar. Bahasa ngoko lugu biasanya digunakan seseorang ketika berbicara dengan teman yang sudah akrab, orang yang derajatnya lebih tinggi kepada orang yang derajatnya lebih rendah. Karena lebih santai dan tidak terikat tingkatan tuturnya.
2. Basa Ngoko Alus
Ngoko alus adalah bahasa ngoko yang beberapa kosa katanya diubah dalam bahasa krama, terutama untuk membahasakan lawan bicaranya agar lebih sopan. Ngoko alus biasanya digunakan ketika berbicara dengan teman dekat tetapi saling menghormati, ngobrol bersama orang yang dihormati, istri kepada suami, dan tulisan dalam majalah untuk menghormati pembaca.
3. Basa Krama Lugu
Krama lugu adalah bahasa yang semua katanya menggunakan kata krama lugu. Secara semantis ragam bahasa krama lugu tingkat kebahasanannya lebih rendah dibandingkan bahasa krama alus atau krama inggil. Pemakaiannya biasa digunakan ketika pembicaraan antara orang tua kepada orang yang lebih muda karena kalah pangkat atau kedudukan, orang yang baru bertemu, siswa kepada guru, asisten rumah tangga kepada majikan, pegawai kepada atasan. Ciri-cirinya adalah terdapat kata imbuhan –ipun, -aken, dipun-.
4. Basa Krama Alus
Krama alus atau yang dikenal dengan krama inggil adalah bahasa yang semua kata-katanya disusun menggunakan krama inggil. Krama inggil memiliki tingkat yang tinggi untuk menghormati seseorang. Biasa digunakan ketika orang usianya lebih muda kepada orang tua, asisten rumah tangga kepada majikannya, siswa kepada guru, teman yang tidak akrab.

Cara di atas adalah cara seorang yang memiliki unggah-ungguh Jawa dalam menghormati orang lain. Disini dapat digambarkan bahwa orang Jawa memiliki tatanan sopan santun yang sangat tinggi, sehingga diatur dalam perilaku atau sikap bahkan hingga ketika bahasa itu dituturkan. Harapannya para penutur bahasa Jawa juga tambah membiasakan diri dengan cara berbicara dan bersikap dengan sopan santun yang diatur didalamnya.

One Thought to “Unggah-Ungguh Sebagai Orang Jawa”

  1. thanks alot of information keren

Leave a Comment