The Power Of Bahasa Indonesia
Oleh : Nehemia Purnanto S.S.Gr
Dalam keseharian sebagai guru atau siswa di sekolah tidak dipungkiri kita mutlak berkomunikasi dengan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan. Diantaranya saat guru sebagai fasilitator menyampaikan materi kepada siswa atau pun saat siswa menyimak penjelasan guru untuk mendapatkan berbagai ilmu pengetahan, wawasan, pengalaman, dan sebagainya. Tentunya bahasa sangat berperan penting untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut; jika bahasa yang disampaikan tidak menyampaikan pesan yang dimaksud, maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan baik.
Inilah “kekuatan Bahasa Indonesia” yang digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan. Saat siswa belajar Matematika, bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud atau pesan materi kepada siswa. Tidak hanya Matematika, tetapi semua mata pelajaran (Biologi, Kimia, Fisika, Farmakologi, Farmakognosi, dan sebagainya. Bahkan untuk menyampaikan mata pelajaran bahasa Inggris pun guru menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya agar siswa menjadi lebih paham.
Benang Merah Materi Bahasa Indonesia
Tema-tema mata pelajaran Bahasa Indonesia pada semester gasal kelas XI yang saya ajarkan saat ini sangat menarik buat saya sebagai guru, namun demikian saya juga harus membaginya bersama dengan siswa-siswa saya. Menariknya pertama adalah saya dapat menarik benang merah dari semua tema, dari teks prosedur yang tidak hanya mengajarkan urutan prosedur, namun juga akurasi dalam membaca teks prosedur ini yang perlu menjadi perhatian. Kemampuan akurasi membaca ini diperlukan sekali saat mereka belajar bahkan saat bekerja nantinya. Misalnya teks prosedur “Cara tepat meracik obat dari resep dokter.” Urutan dan akurasi meracik obat ini harus dapat disampaikn dengan tepat oleh siswa.
Yang kedua teks eksplanasi yang mampu menjelaskan dengan logika sebab akibat suatu fakta dan data dari suatu fenomena alam atau sosial. Jujur, saat saya mengetengahkan teks ekplanasi, saya mendapat banyak sekali masukan ilmu pengetahuan dan wawasan dari judul-judul teks ekplanasi yang diajukan oleh siswa. Siswa tak kalah menariknya dapat pula mengetengahkan fenomena-fenomena alam dan sosial yang lebih menarik dari buku paket yang menjadi pegangan mereka belajar Bahasa Indonesia di kelas XI ini. Teks eksplanasi ini berupa penjelasan yang disertai fakta dan data yang memiliki hubungan sebab akibat secara logis atau masuk diakal. Segala sesuatu harus bernalar dan dapat dibuktikan secara empiris. Misalnya saja teks eksplanasi “Mengapa mata sebelah kiri kita berkedut?”.
Yang ketiga teks ceramah, setelah siswa menguasai suatu prosedur (entah itu membuat sesuatu atau melakukan sesuatu) dan setelah siswa menguasai cara menjelaskan fenomena melalui teks eksplanasi; siswa harus mampu menyampaikan apa yang sudah siswa kuasai (yakni prosedur dan eksplanasi). Artinya siswa akan mampu menyampaikan (secara lisan) materi ceramah jika siswa benar-benar sudah menguasai urutan atau alur berpikir dan juga logika berpikir yang logis melalui eksplanasi. Jika tidak, maka sebaliknya.
Yang keempat siswa belajar teks cerpen, saat belajar cerpen siswa harus dapat menganalisis bahkan membuat karya cerpen atau yang lebih sederhana (mini cerpen: hanya istilah saya saja sih…) yang dapat dipertanggungjawabkan ide ceritanya. Menulis bukan sembarang menulis. Saat menulis siswa harus dapat menuangkan gagasan dan pikirannya secara runtut dan logis yang didapat dari pengalamannya belajar teks prosedur, tesk eksplanasi, dan teks ceramah. Nah itu yang saya maksud dengan benang merah materi Bahasa Indonesia Kelas XI Semester Gasal. Siswa harus benar-benar menyadari dan memahami keterkaitan ini; jika siswa tidak memahami keterkaitan ini, maka proses pembelajaran bahasa Indonesia tujuan edukasinya tidak tercapai. Benang merah merupakan “kekuatan bahasa” yang mengindikasikan adanya koordinasi pikiran yang baik, itu yang saya lihat dari keempat materi tersebut.
Bahasa dan Pikiran
Pada akhirnya saat berkomunikasi antara siswa dengan guru atau sebaliknya, munculah cara berpikir siswa yang terjadi akibat proses pembelajaran di kelas. Hal ini multak terjadi karena memang apa yang dipikirkan siswa pasti terwujud dalam bentuk komunikasi atau bahasanya sehari-hari (termasuk di dalam kelas saat bersama guru). Tidak hanya susunan kata atau kalimat yang disampaikan, tetapi logika pikiran yang mendorong proses berpikir siswa hingga sampai mengungkapkan pikirannya kepada siswa lainnya atau gurunya. Nah sebenarnya kita dapat mengetahui siswa itu berkembang atau tidak cara pikirnya yakni dengan berkomunikasi bertukar pendapat bersama siswa dalam diskusi. Kemampuan ini akan terus berkembang jika siswa terus bernalar kritis dalam pembelajaran di kelas bersama guru. Untuk itu guru pun harus meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, agar siswanya pun memiliki cara berpikir tingkat tinggi. Inilah yang saya maksud dengan “kekuatan bahasa” yang berikutnya yakni antara pikiran dan bahasa itu dekat sekali. Bukankah cara berpikir tingkat tinggi ini yang menjadi salah satu pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan kita?
Bahasa Indonesia mudah dan mengasyikkan bukan? Tentu saja!
Selamat Ulang Tahun Bahasa Indonesia
1928-2022
thanks alot of information goodjobs