Oleh : apt. Sylvia Elianawati, S.Si.
Lucu yah, saya juga baru dengar istilah ini “Generasi Stroberi”,tahu sendiri kan buah stroberi itu seperti apa, fisiknya sangat cantik, tapi sayangnya buah ini gampang bonyok.
Pernah dengar tidak ada orang bilang, “ Ah, anak zaman sekarang tuh manja, lembek, gampang kena tekanan, ngga hormat dengan orangtua, gampang nyerah, plin plan, suka melempar tanggung jawab,ngga kayak anak zaman dulu ?” Setuju ngga kalau anak zaman sekarang banyak yang seperti itu? Saya seorang pengajar di SMK Farmasi Nasional yang bertugas mengajar materi produktif khususnya Praktikum Dasar-Dasar Teknologi Farmasi kelas X di laboratorium Farmasi. Ketika mengajar sering menemukan anak-anak dengan karakter seperti di atas. Saya bertanya- tanya dalam hati kenapa bisa ya mayoritas anak-anak seperti itu.
Saya coba cari-cari sumber ternyata istilah “Generasi Stroberi “ sudah ada sejak lama, menurut Profesor Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul Stawberry Generation, generasi ini sebenarnya generasi yang punya ide cemerlang, kreatif, melek teknologi, mudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi, lebih berani mengekspresikan pendapat, tapi sayangnya mereka ini sangat mudah menyerah, mudah mengeluh, mudah merasa tersakiti (baper),egois, memikirkan diri sendiri, daya juangnya juga rendah.
Nah, sebagai pengajar dan orang tua ngga mau kan anak kita tumbuh menjadi anak yang manja, egois, ngga mau berjuang, merasa diri paling benar. Apa yang harus kita lakukan supaya anak kita tidak menjadi generasi stroberi ?
1. Hindari menjadi orang tua yang memanjakan anak, memberi apa saja yang anak mau, jika selalu diikuti kemauannya akan menjadi orang yang menuntut orang lain untuk melayani dia, ngertiin dia, dan nanti kalau ngga dapat yang dia mau, ngga dapat nilai yang dia mau, dia mudah sekali mengeluh, putus asa, frustasi, ngambek, dan marah-marah.
2. Hindari menjadi orang tua yang over protektif. Orang tua kadang terlalu berlebihan pada anaknya, ngga boleh lecet, jangan sampai mengalami penolakan, ketidaknyamanan, bahkan kegagalan.
3. Deteksi dan perhatikan kecenderungannya seperti apa, misalnya pernahkah si anak mengalami kondisi tidak bertanggung jawab atau melempar tanggung jawab ? Kita perlu belajar untuk tega dan izinkan anak melewati konsekwensi dari kesalahannya,sehingga anak mau belajar bertanggung jawab.
4. Jangan memberikan label pada anak, misalnya ketika dia belajar sudah diajarin tapi ngga bisa- bisa, jangan dibilang ,”aduh gitu aja kok ngga bisa ?”,anak akan menyimpan memori ini dan tidak akan lupa sampai dewasa, sehingga ketika melakukan sesuatu jadi tidak percaya diri.
Mari kita sebagai orang tua baik di sekolah dan yang di rumah berusaha semaksimal mungkin supaya anak didik kita bukan menjadi generasi stroberi tetapi menjadi generasi yang kuat, tahan banting, berakhlak mulia, cerdas dan baik.